KURATORIAL PAMERAN SENI FOTOGRAFI “NARASI HITAM PUTIH”
Gelar karya seni fotografi yang dihelat secara online ini adalah sebuah inisiasi kreatif yang diprogramkan oleh Suanda, mahasiswa Prodi Seni Rupa Unismuh Makassar yang kini sedang dalam tahap penyelesaian studi. Kecenderungan Suanda dalam dunia fotografi sudah terlihat sejak masa awal perkuliahan, dan kemudian dibuktikan dengan keterlibatannya pada beberapa komunitas-komunitas fotografi di Kota Makassar.
Narasi
Hitam Putih adalah istilah yang digunakan untuk menceritakan secara visual kehidupan
periferi atau kehidupan pinggiran diluar dari dominasi kelas. Term
Hitam Putih memiliki relasi oposisi binner yang mengafirmasi nilai-nilai yang
dapat dimaknai sebagai sebuah pesan, khususnya pesan yang disajikan secara
visual. Sehingga dapat dikatakan bahwa pameran narasi hitam putih ini adalah
upaya yang dilakukan oleh Suanda untuk memotret pengalamannya pada banyak medan
sosial.
Perihal
yang menarik dalam salah satu karya-karya seni fotografi Suanda dapat dilihat pada
foto bertajuk “Cerita Trotoar”. Bahwa trotoar yang identik dengan keramaian
aktifitas pejalan kaki, ditunjukkan dalam keadaan yang sunyi, tanpa suara,
tanpa kesibukan; kecuali ingatan pada sosok ‘tanpa kelas’ yang banyak menggantungkan
harapannya melalui jejak-jejak trotoar. Narasi tersebut membawa kita pada
sebuah ruang hampa namun dilalui pada banyak hasrat dan dilalui pada banyak kelas.
Karya
selanjutnya yang menarik diulik adalah foto yang bertajuk “Sangkar”.
Ditampilkan dengan visual terbalik. Ya.. cara hidup adalah cara manusia membalikkan
sekaligus membandingkan antara fakta dan bayangan (baca: harapan). Bahwa kadang
banyak orang menolak fakta yang tidak sejalan dengan bayangan. Mengubur yang
rasional, tatkala mengagresi dengan ego. Melegalkan yang ‘hitam’, tatkala
mengharamkan yang ‘putih’. Perihal yang sama pun ditunjukkan para pecinta
burung yang membunuh ekosistem melalui bayang-bayang ‘perayaan’. Sangkar adalah
realitas keterpenjaraan otentik, sedangkan ‘bayangan sangkar’ adalah kesadaran
yang dipenjara oleh hasrat.
Secara
umum, saya sebagai kurator melihat bahwa karya-karya seni fotografi yang
ditampilkan oleh Suanda kali ini banyak menyentuh kehidupan orang-orang tanpa
kelas. Dimana mereka berupaya mempertahankan hidup di bawah dominasi kuasa dan
kapital. Mereka mengekspresikan dirinya dengan cara yang sederhana, dengan
Bahasa yang paling konkrit, yaitu Bahasa visual yang dipotret melalui
karya-karya seni fotografi Suanda.
Dengan
demikian, saya berharap karya-karya seni fotografi Suanda yang akan datang
dapat dieksplorasi lebih tajam, baik pada aspek artistik, maupun pada kosep
naratif. Sehingga dapat menghidupkan kesadaran kritis sekaligus mengadvokasi
estetika kerakyatan tanpa kelas.
Olehnya
saya mengucapkan selamat mengapresiasi buat pengunjung pameran ini, dan kepada
Suanda Maulana Usman saya mengucapkan selamat berpameran.
Makassar,
13 Desember 2022
Dr.
Muh Faisal MRA
Kurator
Komentar
Posting Komentar